Perayaan
Natal mempunyai arti yang berbeda kepada setiap orang yang berbeda. Banyak yang
menganggap hari itu sebagai satu kesempatan untuk saling membagi rasa,
mengasihi, memberi dan diatas semua itu, hari itu adalah hari sukacita atas
lahirnya Kristus. Dipusat kota lampu-lampu menerangi ruas-ruas jalan, toko-toko
berbisnisria, pesta diselenggarakan, bahkan rumah tangga yang murah hati
membagikan dermanya dengan senang.
Apa
sebenarnya Hari Natal itu? Mengapa orang-orang didunia merasa heran ketika
melihat Sidang Jemaat Kristus tidak merayakan hari perayaan tersebut?
Jawabannya : adalah Perayaan Hari Natal tidak dapat kita temukan dalam Alkitab.
Mari kita kembali ke zaman lampau.
Zaman Yang Dahulu Kala
Penyembahan
kepada Dewa Matahari sudah lama dilakukan didaratan Eropa dan Laut Tengah.
Penyembahan kepada berhala ini dilakukan dalam bentuk yang berbeda di setiap
negeri yang berbeda. Nama–nama yang umum diberikan adalah: Ra, Osiris, Baal, Mithra dsb. Apapun bentuk
dan nama yang dipakai untuk dewa matahari, itu selalu dihubungkan dengan
kesucian seorang perempuan terhadap dewa tersebut. Sinar matahari menyebabkan
bumi yang dingin di musim dingin menjadi hangat dan memberikan suatu kehidupan
yang baru pada musim semi. Matahari di anggap sebagai suatu kuasa yang
memberikan keberhasilan dan kehidupan. Penyembahan kepada matahari adalah
didasarkan pada penyembahan kuasa yang memberi keturunan.
Seorang
sejarawan menulis : “Sebagaimana matahari adalah dewa yang terbesar, tuhan yang
maha tinggi dan sebagaimana dia memberikan kuasanya didalam reproduksi, itu
dipegang menjadi penyembahan yang paling berkenan bagi para penyembahnya,
sehingga mereka memperhambakan diri mereka sendiri dan juga kekuatan mereka. Sebagai
akibatnya pelacuran adalah sifat utama dari penyembahan dewa matahari dimana
saja di jumpai pada saat itu. Mengorbankan/menyerahkan keperawanan seorang
perempuan adalah persembahan yang paling berkenan yang perna dibuat pada
penyembahan matahari.”
Dibelahan
bumi utara, hari yang paling pendek adalah 25 Desember (21 Desember dalam
kalender kita sekarang ini, karena perbaikan kalender pada tahun 1752). Tetapi
hari itu juga adalah hari permulaan yang panjang dari hari-hari sebelumnya.
Jadi, Suku-suku dibagian utara Eropa memilih hari ini sebagai hari lahirnya
“Dewa Matahari.”
Di Roma, tanggal 25 Desember
dirayakan sebagai hari lahirnya dewa matahari yang tidak terkalahkan. Pada
tahun TM 274, Kaisar Romawi Aurelian mengumumkan bahwa tgl 25 Desember sebagai
hari libur nasional dalam merayakan hari lahirnya dewa matahari.
Selama
perayaan, para keluarga berkumpul dan melakukan pesta besar. Bahkan para budak
juga dibebaskan untuk menghadiri hari raya dan memakai pakaian tuannya. Saling
menukar hadiah. Tetapi hari ini pada dasarnya merupakan bekas hari raya
“Saturnalia” orang Romawi kuno dalam menghormati dewa panen orang Roma.
Jemaat Tuhan Yang Mula-Mula
Pada permulaan abad ke TM tiga, orang
Kristen yang mula-mula mulai mencontoh atau mengikuti praktek-praktek agama
penyembah berhala. Mereka menerimah hari raya penyembah berhala dan dan
cara-cara mereka di dalam melakukan peribadatan.
Tertulian,
kira-kira pada tahun T.M. 230, meratapi akan fakta ini yang dilakukan oleh orang
Kristen yang mula-mula : “Kita (orang Kristen) yang tidak mengenal hari sabat,
bulan-bulan baru dan pesta-pesta lainnya, dianggap sekali berkenan kepada
Allah. Pesta Saturnalia pada bulan Januari, Brumalia, dan Matronalia sekarang
sudah sering dilakukan, pemberian hadiah dibagikan kesana …dan …kemari....”
Dalam
harapan untuk mempercepat penginjilan, para pemimpin jemaat mula-mula
memutuskan untuk memperkenalkan perayaan-perayaan dan praktek-praktek penyembah
berhala yang disebut “terang.” Ide yang
cemerlang ini merasuki pikiran mereka. Semenjak para penyembah berhala
merayakan hari lahirnya dewa matahari mereka pada tanggal 25 Desember, mengapa
tidak merayakan hari lahirnya Anak Allah pada hari itu dan memperkenalkan
sebagian dari praktek keagamaan mereka ke dalam gereja dan menjadikan itu
sebagai hari raya Kristen? Dengan hal ini mereka mengharapkan untuk mengalihkan
pemikiran mereka yang terikat dari agama penyembah berhala, yaitu dari
menyembah berhala matahari beralih kepada penyembahan Anak Allah. Berdasarkan
poin ini, Mosheim, seorang sejarawan
gereja, mencatat : “Penyembahan berhala telah menjadi kebiasaan terhadap
banyak orang dan perayaan-perayaan yang meriah dari masa pertumbuhan mereka,
dan ketika mereka melihat agama baru yang tidak memiliki kuil penyembahan,
mesbah-mesbah, korban, imam-imam dan semua keindahan yang seharusnya dimiliki
oleh penyembah berhala yang sangat berarti,
bagi orang yang tidak terbuka pemikirannya akan muda menganggap agama
melalaui apa yang mereka lihat. Untuk mendiamkan tindakan ini, para pemimpin Kristen
meredam pemikiran orang-orang seperti ini.”
Awal
dicatatnya praktek itu adalah di Roma tahun T.M. 336. Kemudian berkembang ke
Antiokia pada tahun T.M. 375. Kemudian ke Constantinopel (sekarang Istanbul)
pada tahun T.M. 380, Alexanderia tahun T.M. 430 dan ke Yerusalem pada tahun T.M.
450.
Nama Yang Di Pakai Sekarang
Gereja
Roma Katolik merayakan hari itu yang di sebut sebagai “MISA TENGAH MALAM”
sehari sebelum Natal (Christmas) untuk merayakan perkiraan lahirnya Kristus.
Ada juga misa tersendiri pada hari itu. Jadi kata “Christmas” berasal dari kata
“Christ’s Mass” bahasa Inggris yang lama, “Christes Maesse.” Missa adalah versi
atau sebutan Gereja Katolik Roma untuk “Perjamuan Tuhan.” Kata Christmas itu
sendiri (Natal dalam bahasa Indonesia) bukanlah bahasa aslinya, tetapi terbentuk
dari tradisi manusia. Jadi kata itu sendiri tidak ada hubungannya dengan
kelahiran Kristus, tetapi sebaliknya di tujukan kepada kematian Kristus
sebagaimana missa yang orang Katolik peringati.
Mari
kita berbicara sesuai dengan Firman Allah, (1 Petrus 4:11). Mari kita berbicara
dimana Alkitab berbicara dan berdiam diri dimana Alkitab berdiam diri. Marilah
kita melakukan hal-hal yang Alkitabiah, sesuai dengan cara Alkitab dan menyebut
sesuatu yang Alkitabiah dengan nama Alkitab.
Mari Kita Membicarakan
Seseorang mungkin berkata
: “Mengapa seseorang terlalu peduli pada sejarah ini?” Bukankah juga kita
merayakan hari kelahiran kita? Bukankah hal ini merupakan kesempatan yang baik
untuk mengatakan kepada dunia tentang Kristus Juruselamat yang datang
kedunia dan jiwa-jiwa dimenangkan kepada Kristus?
Sebelum mencoba menjawab
pertanyaan-pertanyaan di atas, ada baiknya kita memperhatikan beberapa hal
berikut ini :
1. Kita
tidak tidak boleh menentukan langkah kita sendiri dalam hal-hal rohani (Yermia
10:23). Karena jalan yang disangka orang
lurus adanya, tetapi akhirnya menuju maut (Amsal 16:25). Rancangan Allah
bukanlah rancangan kita, dan jalannya
bukanlah jalan kita (Yesaya 55:8-9).
Kita
tidak boleh menuntun langkah kita sendiri dalam hal-hal rohani, lalu dari mana
kita harus mendapatkan bimbingan?
Adapun
tiap-tiap kitab yang diwahyukan oleh Allah
berfaedah bagi pelajaran, bagi hal menyatakan yang salah, bagi hal memperbaiki yang rusak, dan bagi hal
mengajarkan jalan yang benar, supaya hamba Allah itu sempurna, terlengkap bagi
segala perbuatan yang baik (2 Timotius 3:16–17).
Dalam setiap bangsa, siapa
saja yang melakukan kebenaran berkenan kepada Allah. Jika tidak ada instruksi dari Kitab Suci
untuk melakukan sesuatu, maka itu berarti suatu tindakan yang tidak sesuai
dengan Kitab Suci, tetapi itu semata-mata hanya anggapan atau rekaan manusia
bahkan suatu pemberontakan.
2. Dalam segala sesuatu yang kita lakukan,
kita harus mempunyai othoritas Alkitab (Kol 3:17 … di dalam nama … artinya,
dengan othoritas). Kita tidak boleh melangkah keluar dari ajaran Kristus (2 Yoh
9). Kita harus tinggal dalam ajaran dan
mempunyai prinsip seperti yang tertulis dalam 1 Kor 4:6 …kamu belajar
dari kami, jangan melampaui apa yang sudah tertulis.
Berdasarkan
prinsip yang mendasar dan sederhana yang ditemukan dalam Akitab, perhatikan
hal-hal berikut ini :
a. Tidak
ada instruksi, langsung atau tidak langsung, diberikan dimanapun dalam Alkitab
bahwa kita harus merayakan hari kelahiran Kristus. Ketika setan mencobai
Kristus, Tuhan menjawab “ada tertulis” (Matius 4:1-11). Paulus menuliskan
tentang perjamuan Tuhan : “Karena barang apa yang aku ini sudah terimah dari
Tuhan itulah juga aku serahkan kepada kamu” (1 Kor 11:23). Dapatkah kita menggunakan
pernyataan ini sebagai “Christmas atau Hari Natal” dan kemudian mengatakan
bahwa “kita menerima dari Tuhan atau hal itu tertulis dalam Alkitab?”
b. Tanggal
25 Desember bukanlah hari kelahiran Yesus Kristus, karena Dia bukan lahir pada musim dingin!
Kristus
lahir disaat para gembala sedang berada dipadang menjaga kawanan domba mereka
di malam hari (Lukas 2:8). Ini tidak mungkin terjadi pada bulan Desember. Para gembala selalu membawa kawanan ternak
mereka di kaki gunung dan dipadang rata pada pertengahan Oktober. Hal ini
dilakukan untuk melindungi ternak mereka dari kedinginan dan hujan pada musim
dingin (lihat Kidung Agung 2:11; Ezra 10:9,13).
“Merupakan
kebiasaan sejak dahulu diantara orang yahudi disaat itu membawa ternak mereka
kepadang yang rata sekitar hari raya pasha orang yahudi (awal musim semi), dan
membawanya pulang kerumah pada permulaan musim hujan,” (Comentar Adam Clarke,
Vol. 5, hal. 370, New York ed.). Adam Clarke selanjutnya menulis, “Selama
ternak mereka ada diluar, para gembala menjaga ternak mereka siang dan malam.
Ketika musim hujan mulai pada awal bulan Marches-van, dalam bulan kita adalah
Oktober dan November kita menemukan bahwa setiap ternak digembalakan dipadang
yang terbuka selama musim panas. Disaat itu para gembala tersebut, belum
membawa pulang ternak mereka, diduga bahwa bulan Oktober belum di mulai. Berdasarkan kenyataan ini, Kristus tidak
lahir pada tanggal 25 Desember, dimana ternak-ternak tidak dijaga diluar rumah
dan tidak juga pada akhir bulan September, disaat itu ternak-ternak ada diluar
pada waktu malam hari.”
Berdasarkan fakta ini, kelahiran
Kristus pada bulan Desember tidaklah benar. Penggembalaan ternak dimalam hari
ditempat terbuka adalah fakta yang sesuai dengan peristiwa.
Dengan
semua fakta-fakta diatas mari kita membandingkan dengan Kitab Suci :
1. Tidak ada instruksi atau perintah,
langsung ataupun tidak langsung diberikan kepada kita untuk merayakan hari
kelahiran Kristus. Kita harus mendasari
iman kita didalam Firman Allah, dan bukan dalam apa yang dipikirkan manusia
baik atau benar.
Kita harus mempunyai nama kitab, pasal, dan ayat
yang memberikan perintah kepada kita untuk melakukan sesuatu secara rohani. Jika
itu tidak tertulis maka hal itu tidak berlandaskan iman, karena iman itu datang
dari mendengar Firman Allah (Roma 10:17).
2. Kristus tidak lahir pada tanggal 25 Desember.
Dalam hal ini kita dapat memastikan Jika
kita menyanyikan : “…Yesus Kristus anak
Maria lahir pada Hari Natal,” kita menyanyikan pujian kebohongan di surga.
Gereja adalah tiang dan dasar kebenaran (1
Timotius 3:15), bukan dasar dan tiang
kebohongan atau khayalan belaka.
3. Meniru setiap cara penyembahan
penyembah berhala yang menyembah berhalanya, tidaklah dapat berkenan kepada
Allah yang menciptakan langit dan bumi. Peliharalah dirimu dari pada jerat,
sehingga kamu menurut teladannya, ...Dan jangan kamu bertanya-tanya akan hal
dewa-dewa mereka itu sampai katamu : bagaimana perihal bangsa-bangsa itu
berbuat kepada dewa-dewanya, supaya kami berbuat demikian? Jangan kamu berbuat begitu terhadap Tuhan
Allahmu karena segala perkara yang telah diperbuat mereka itu akan
dewea-dewanya. Ia itu kebencian belaka
kepada Tuhan, …Maka segala Firma yang kupesan akan kamu sekarang, hendaklah kamu peliharakan dan menurut akan
Dia. Janganlah ia itu kamu tambahi atau kamu kurangi. Ulangan 12:30-32.
Penyembah berhala merayakan hari lahir dewa atau dewi mereka. Apakah kita
melakukan hal yang sama?
Kebanyakan
hari Natal saat ini bersifat bersifat bisnis dagang, bergembira-ria (dansa, pesta
pora dan bermabuk-mabukan) dan menyanyikan dusta kebohongan dihadapan Allah di
sorga.
Kesimpulan
Perayaan
hari lahirnya dewa matahari sudah membudaya dalam KeKristenan dan itu telah berlangsung
selama berabad-abad. Tradisi manusia seperti bertentangan dengan Firman Allah. Mari
kita memperhatikan peringatan Allah : “Percuma mereka itu beribadah kepadaKu,
karena ajaran yang mereka ajarkan itu adalah perintah-perintah manusia.”
(Matius 15:9).
Kita
harus memperhatikan ajaran yang diajarkan para Rasul-Rasul kepada kita, dan
bukan yang diajarkan oleh manusia (Kis 2:4; 1 Kor 11:23; 2 Tesalonika 2:15). “Sebab
itu, berdirilah teguh dan berpeganglah pada ajaran-ajaran yang kamu terimah
dari kami, baik secara lisan, maupun secara tertulis” (2 Tesalonika 2:15).
Pertanyaan
yang sering ditanyakan : “Mengapa saudara sebagai orang Kristen tidak merayakan
Hari Natal?” Sebuah pertanyaan yang lebih pantas untuk di tanyakan : Mengapa saudara sebagai orang Kristen merayakan Hari Natal?
Sejak
permulaannya, gereja Tuhan telah terpengaruh terhadap agama penyembah berhala.
Penyimpangan pertama yang dilakukan pemimpin gereja pada waktu itu adalah
ketika mereka mengadopsi sistim kepemerintahan Romawi. Kemudian timbul
penggunaan air suci, pembaptisan bayi, dan sebagainya. Natal adalah salah satu
contoh dari penyimpangan.
Apakah
kita ingin serupa dengan orang-orang dunia? (Roma 12:2).
Kendari,
18 Juli 2005
Makalah ini dikutip dari GRACE
AND TRUTH, Volume 3, No. 5, Oktober/Desember 1992, dan di terbitkan oleh Sidang
Jemaat Kristus (Church of Christ) Lim Ah Pin, Singapura, pada bulan Februari
tahun 1993.
bang, boleh minta referensi nya nggak?? di balas plis
BalasHapus