Senin, 17 September 2012

latar belakang tentang perayaan natal


            Perayaan Natal mempunyai arti yang berbeda kepada setiap orang yang berbeda. Banyak yang menganggap hari itu sebagai satu kesempatan untuk saling membagi rasa, mengasihi, memberi dan diatas semua itu, hari itu adalah hari sukacita atas lahirnya Kristus. Dipusat kota lampu-lampu menerangi ruas-ruas jalan, toko-toko berbisnisria, pesta diselenggarakan, bahkan rumah tangga yang murah hati membagikan dermanya dengan senang.

            Apa sebenarnya Hari Natal itu? Mengapa orang-orang didunia merasa heran ketika melihat Sidang Jemaat Kristus tidak merayakan hari perayaan tersebut? Jawabannya : adalah Perayaan Hari Natal tidak dapat kita temukan dalam Alkitab. Mari kita kembali ke zaman lampau.

Zaman Yang Dahulu Kala


            Penyembahan kepada Dewa Matahari sudah lama dilakukan didaratan Eropa dan Laut Tengah. Penyembahan kepada berhala ini dilakukan dalam bentuk yang berbeda di setiap negeri yang berbeda. Nama–nama yang umum diberikan adalah:  Ra, Osiris, Baal, Mithra dsb. Apapun bentuk dan nama yang dipakai untuk dewa matahari, itu selalu dihubungkan dengan kesucian seorang perempuan terhadap dewa tersebut. Sinar matahari menyebabkan bumi yang dingin di musim dingin menjadi hangat dan memberikan suatu kehidupan yang baru pada musim semi. Matahari di anggap sebagai suatu kuasa yang memberikan keberhasilan dan kehidupan. Penyembahan kepada matahari adalah didasarkan pada penyembahan kuasa yang memberi keturunan.

            Seorang sejarawan menulis : “Sebagaimana matahari adalah dewa yang terbesar, tuhan yang maha tinggi dan sebagaimana dia memberikan kuasanya didalam reproduksi, itu dipegang menjadi penyembahan yang paling berkenan bagi para penyembahnya, sehingga mereka memperhambakan diri mereka sendiri dan juga kekuatan mereka. Sebagai akibatnya pelacuran adalah sifat utama dari penyembahan dewa matahari dimana saja di jumpai pada saat itu. Mengorbankan/menyerahkan keperawanan seorang perempuan adalah persembahan yang paling berkenan yang perna dibuat pada penyembahan matahari.”

            Dibelahan bumi utara, hari yang paling pendek adalah 25 Desember (21 Desember dalam kalender kita sekarang ini, karena perbaikan kalender pada tahun 1752). Tetapi hari itu juga adalah hari permulaan yang panjang dari hari-hari sebelumnya. Jadi, Suku-suku dibagian utara Eropa memilih hari ini sebagai hari lahirnya “Dewa Matahari.”

            Di Roma, tanggal 25 Desember dirayakan sebagai hari lahirnya dewa matahari yang tidak terkalahkan. Pada tahun TM 274, Kaisar Romawi Aurelian mengumumkan bahwa tgl 25 Desember sebagai hari libur nasional dalam merayakan hari lahirnya dewa matahari.
           
            Selama perayaan, para keluarga berkumpul dan melakukan pesta besar. Bahkan para budak juga dibebaskan untuk menghadiri hari raya dan memakai pakaian tuannya. Saling menukar hadiah. Tetapi hari ini pada dasarnya merupakan bekas hari raya “Saturnalia” orang Romawi kuno dalam menghormati dewa panen orang Roma.

Jemaat Tuhan Yang Mula-Mula


            Pada permulaan abad ke TM tiga, orang Kristen yang mula-mula mulai mencontoh atau mengikuti praktek-praktek agama penyembah berhala. Mereka menerimah hari raya penyembah berhala dan dan cara-cara mereka di dalam melakukan peribadatan.

            Tertulian, kira-kira pada tahun T.M. 230, meratapi akan fakta ini yang dilakukan oleh orang Kristen yang mula-mula : “Kita (orang Kristen) yang tidak mengenal hari sabat, bulan-bulan baru dan pesta-pesta lainnya, dianggap sekali berkenan kepada Allah. Pesta Saturnalia pada bulan Januari, Brumalia, dan Matronalia sekarang sudah sering dilakukan, pemberian hadiah dibagikan kesana …dan …kemari....”

            Dalam harapan untuk mempercepat penginjilan, para pemimpin jemaat mula-mula memutuskan untuk memperkenalkan perayaan-perayaan dan praktek-praktek penyembah berhala yang disebut “terang. Ide yang cemerlang ini merasuki pikiran mereka. Semenjak para penyembah berhala merayakan hari lahirnya dewa matahari mereka pada tanggal 25 Desember, mengapa tidak merayakan hari lahirnya Anak Allah pada hari itu dan memperkenalkan sebagian dari praktek keagamaan mereka ke dalam gereja dan menjadikan itu sebagai hari raya Kristen? Dengan hal ini mereka mengharapkan untuk mengalihkan pemikiran mereka yang terikat dari agama penyembah berhala, yaitu dari menyembah berhala matahari beralih kepada penyembahan Anak Allah. Berdasarkan poin ini,  Mosheim, seorang sejarawan gereja, mencatat : “Penyembahan berhala telah menjadi kebiasaan terhadap banyak orang dan perayaan-perayaan yang meriah dari masa pertumbuhan mereka, dan ketika mereka melihat agama baru yang tidak memiliki kuil penyembahan, mesbah-mesbah, korban, imam-imam dan semua keindahan yang seharusnya dimiliki oleh penyembah berhala yang sangat berarti,  bagi orang yang tidak terbuka pemikirannya akan muda menganggap agama melalaui apa yang mereka lihat. Untuk mendiamkan tindakan ini, para pemimpin Kristen meredam pemikiran orang-orang seperti ini.”

            Awal dicatatnya praktek itu adalah di Roma tahun T.M. 336. Kemudian berkembang ke Antiokia pada tahun T.M. 375. Kemudian ke Constantinopel (sekarang Istanbul) pada tahun T.M. 380, Alexanderia tahun T.M. 430 dan ke Yerusalem pada tahun T.M. 450.

Nama Yang Di Pakai Sekarang


            Gereja Roma Katolik merayakan hari itu yang di sebut sebagai “MISA TENGAH MALAM” sehari sebelum Natal (Christmas) untuk merayakan perkiraan lahirnya Kristus. Ada juga misa tersendiri pada hari itu. Jadi kata “Christmas” berasal dari kata “Christ’s Mass” bahasa Inggris yang lama, “Christes Maesse.” Missa adalah versi atau sebutan Gereja Katolik Roma untuk “Perjamuan Tuhan.” Kata Christmas itu sendiri (Natal dalam bahasa Indonesia) bukanlah bahasa aslinya, tetapi terbentuk dari tradisi manusia. Jadi kata itu sendiri tidak ada hubungannya dengan kelahiran Kristus, tetapi sebaliknya di tujukan kepada kematian Kristus sebagaimana missa yang orang Katolik peringati.
     
            Mari kita berbicara sesuai dengan Firman Allah, (1 Petrus 4:11). Mari kita berbicara dimana Alkitab berbicara dan berdiam diri dimana Alkitab berdiam diri. Marilah kita melakukan hal-hal yang Alkitabiah, sesuai dengan cara Alkitab dan menyebut sesuatu yang Alkitabiah dengan nama Alkitab.

Mari Kita Membicarakan


            Seseorang mungkin berkata : “Mengapa seseorang terlalu peduli pada sejarah ini?” Bukankah juga kita merayakan hari kelahiran kita? Bukankah hal ini merupakan kesempatan yang baik untuk mengatakan kepada dunia tentang Kristus Juruselamat yang datang kedunia  dan  jiwa-jiwa dimenangkan kepada Kristus?

            Sebelum mencoba menjawab pertanyaan-pertanyaan di atas, ada baiknya kita memperhatikan beberapa hal berikut ini :
      
            1.         Kita tidak tidak boleh menentukan langkah kita sendiri dalam hal-hal rohani (Yermia 10:23).  Karena jalan yang disangka orang lurus adanya, tetapi akhirnya menuju maut (Amsal 16:25). Rancangan Allah bukanlah rancangan kita, dan jalannya  bukanlah jalan kita (Yesaya 55:8-9). 

            Kita tidak boleh menuntun langkah kita sendiri dalam hal-hal rohani, lalu dari mana kita harus mendapatkan bimbingan?

            Adapun tiap-tiap kitab yang diwahyukan oleh Allah  berfaedah bagi pelajaran, bagi hal menyatakan yang salah,  bagi hal memperbaiki yang rusak, dan bagi hal mengajarkan jalan yang benar, supaya hamba Allah itu sempurna, terlengkap bagi segala perbuatan yang baik (2 Timotius 3:16–17).

            Dalam setiap bangsa, siapa saja yang melakukan kebenaran berkenan kepada Allah.  Jika tidak ada instruksi dari Kitab Suci untuk melakukan sesuatu, maka itu berarti suatu tindakan yang tidak sesuai dengan Kitab Suci, tetapi itu semata-mata hanya anggapan atau rekaan manusia bahkan suatu pemberontakan.
      
            2.         Dalam segala sesuatu yang kita lakukan, kita harus mempunyai othoritas Alkitab (Kol 3:17 … di dalam nama … artinya, dengan othoritas). Kita tidak boleh melangkah keluar dari ajaran Kristus (2 Yoh 9). Kita harus tinggal dalam ajaran dan  mempunyai prinsip seperti yang tertulis dalam 1 Kor 4:6 …kamu belajar dari kami, jangan melampaui apa yang sudah tertulis.

            Berdasarkan prinsip yang mendasar dan sederhana yang ditemukan dalam Akitab, perhatikan hal-hal berikut ini  :

a.         Tidak ada instruksi, langsung atau tidak langsung, diberikan dimanapun dalam Alkitab bahwa kita harus merayakan hari kelahiran Kristus. Ketika setan mencobai Kristus, Tuhan menjawab “ada tertulis” (Matius 4:1-11). Paulus menuliskan tentang perjamuan Tuhan : “Karena barang apa yang aku ini sudah terimah dari Tuhan itulah juga aku serahkan kepada kamu” (1 Kor 11:23). Dapatkah kita menggunakan pernyataan ini sebagai “Christmas atau Hari Natal” dan kemudian mengatakan bahwa “kita menerima dari Tuhan atau hal itu tertulis dalam Alkitab?”

b.         Tanggal 25 Desember bukanlah hari kelahiran Yesus Kristus,           karena Dia bukan lahir pada musim dingin!

            Kristus lahir disaat para gembala sedang berada dipadang menjaga kawanan domba mereka di malam hari (Lukas 2:8). Ini tidak mungkin terjadi pada bulan Desember.  Para gembala selalu membawa kawanan ternak mereka di kaki gunung dan dipadang rata pada pertengahan Oktober. Hal ini dilakukan untuk melindungi ternak mereka dari kedinginan dan hujan pada musim dingin (lihat Kidung Agung 2:11; Ezra 10:9,13).

            “Merupakan kebiasaan sejak dahulu diantara orang yahudi disaat itu membawa ternak mereka kepadang yang rata sekitar hari raya pasha orang yahudi (awal musim semi), dan membawanya pulang kerumah pada permulaan musim hujan,” (Comentar Adam Clarke, Vol. 5, hal. 370, New York ed.). Adam Clarke selanjutnya menulis, “Selama ternak mereka ada diluar, para gembala menjaga ternak mereka siang dan malam. Ketika musim hujan mulai pada awal bulan Marches-van, dalam bulan kita adalah Oktober dan November kita menemukan bahwa setiap ternak digembalakan dipadang yang terbuka selama musim panas. Disaat itu para gembala tersebut, belum membawa pulang ternak mereka, diduga bahwa bulan Oktober belum di mulai.  Berdasarkan kenyataan ini, Kristus tidak lahir pada tanggal 25 Desember, dimana ternak-ternak tidak dijaga diluar rumah dan tidak juga pada akhir bulan September, disaat itu ternak-ternak ada diluar pada waktu malam hari.”

            Berdasarkan fakta ini, kelahiran Kristus pada bulan Desember tidaklah benar. Penggembalaan ternak dimalam hari ditempat terbuka adalah fakta yang sesuai dengan peristiwa.

            Dengan semua fakta-fakta diatas mari kita membandingkan dengan Kitab Suci  : 
   
            1.         Tidak ada instruksi atau perintah, langsung ataupun tidak langsung diberikan kepada kita untuk merayakan hari kelahiran Kristus.  Kita harus mendasari iman kita didalam Firman Allah, dan bukan dalam apa yang dipikirkan manusia baik atau benar.          
Kita harus mempunyai nama kitab, pasal, dan ayat yang memberikan perintah kepada kita untuk melakukan sesuatu secara rohani. Jika itu tidak tertulis maka hal itu tidak berlandaskan iman, karena iman itu datang dari mendengar Firman Allah (Roma 10:17).

            2.         Kristus tidak lahir pada tanggal 25 Desember. Dalam hal ini kita dapat  memastikan Jika kita menyanyikan  : “…Yesus Kristus anak Maria lahir pada Hari Natal,” kita menyanyikan pujian kebohongan di surga. Gereja adalah tiang dan dasar kebenaran  (1 Timotius 3:15),  bukan dasar dan tiang kebohongan atau khayalan belaka.

            3.         Meniru setiap cara penyembahan penyembah berhala yang menyembah berhalanya, tidaklah dapat berkenan kepada Allah yang menciptakan langit dan bumi. Peliharalah dirimu dari pada jerat, sehingga kamu menurut teladannya, ...Dan jangan kamu bertanya-tanya akan hal dewa-dewa mereka itu sampai katamu : bagaimana perihal bangsa-bangsa itu berbuat kepada dewa-dewanya, supaya kami berbuat demikian?  Jangan kamu berbuat begitu terhadap Tuhan Allahmu karena segala perkara yang telah diperbuat mereka itu akan dewea-dewanya.  Ia itu kebencian belaka kepada Tuhan, …Maka segala Firma yang kupesan akan kamu sekarang,  hendaklah kamu peliharakan dan menurut akan Dia. Janganlah ia itu kamu tambahi atau kamu kurangi. Ulangan 12:30-32. Penyembah berhala merayakan hari lahir dewa atau dewi mereka. Apakah kita melakukan hal yang sama?

            Kebanyakan hari Natal saat ini bersifat bersifat bisnis dagang, bergembira-ria (dansa, pesta pora dan bermabuk-mabukan) dan menyanyikan dusta kebohongan dihadapan Allah di sorga.

Kesimpulan


            Perayaan hari lahirnya dewa matahari sudah membudaya dalam KeKristenan dan itu telah berlangsung selama berabad-abad. Tradisi manusia seperti bertentangan dengan Firman Allah. Mari kita memperhatikan peringatan Allah : “Percuma mereka itu beribadah kepadaKu, karena ajaran yang mereka ajarkan itu adalah perintah-perintah manusia.” (Matius 15:9). 

            Kita harus memperhatikan ajaran yang diajarkan para Rasul-Rasul kepada kita, dan bukan yang diajarkan oleh manusia (Kis 2:4; 1 Kor 11:23; 2 Tesalonika 2:15). “Sebab itu, berdirilah teguh dan berpeganglah pada ajaran-ajaran yang kamu terimah dari kami, baik secara lisan, maupun secara tertulis” (2 Tesalonika 2:15).

            Pertanyaan yang sering ditanyakan : “Mengapa saudara sebagai orang Kristen tidak merayakan Hari Natal?” Sebuah pertanyaan yang lebih pantas untuk di tanyakan : Mengapa  saudara sebagai orang Kristen merayakan Hari Natal?

            Sejak permulaannya, gereja Tuhan telah terpengaruh terhadap agama penyembah berhala. Penyimpangan pertama yang dilakukan pemimpin gereja pada waktu itu adalah ketika mereka mengadopsi sistim kepemerintahan Romawi. Kemudian timbul penggunaan air suci, pembaptisan bayi, dan sebagainya. Natal adalah salah satu contoh dari penyimpangan.

            Apakah kita ingin serupa dengan orang-orang dunia? (Roma  12:2).


                                                                                                            Kendari, 18 Juli 2005






Makalah ini dikutip dari GRACE AND TRUTH, Volume 3, No. 5, Oktober/Desember 1992, dan di terbitkan oleh Sidang Jemaat Kristus (Church of Christ) Lim Ah Pin, Singapura, pada bulan Februari tahun 1993.

1 komentar: